Minggu, 12 Oktober 2014

MORAL BANGSA SAAT INI

MORAL BANGSA SAAT INI


 
           Akhir-akhir ini bangsa Indonesia diterpa berbagai masalah yang berhubungan dengan rusaknya moral masyarakat. Permasalahan bertubi-tubi datang menguji seberapa kuat bangsa Indonesia mempu bertahan. Layaknya sebuah batu karang yang menjulang meskipun dihantam deburan ombak lautan. Itu seharusnya yang dilakukan oleh bangsa Indonesia dalam menghadapi era modern dan globalisasi yang menyebabkan kehidupan masyarakat tanpa batas yang jelas. Budaya asing bertubi-tubi datang ke Indonesia dan mulai melunturkan budaya Indonesia yang dianggap kuno dan ketinggalan zaman. Bangsa Indonesia terombang-ambing layaknya buih yang ada di lautan luas. Tidak punya pendirian yang tetap hanya selaku bangsa pengekor, bukanlah bangsa yang inspirator.
Permasalahan korupsi tidak pernah mencapai garis akhir. Pihak pemberantas korupsi yang tidak kenal letih dalam rangka memerangi korupsi seakan tidak berdaya. Setiap hari orang-orang pemakan uang haram semakin bertambah. Para pejabat seakan berlomba-lomba untuk mengunduh hasil yang ditanam saat pemilu. Banyak pejabat public yang tidak amanah dalam menjalankan tugas. Mereka berkata tidak pada korupsi namun pada kenyataannya mereka adalah pelaku korupsi. Banyak orang-orang yang berkoar-koar menantang ganasnya korupsi pada akhirnya setelah dia menjabat penyakit itu juga menerpanya sehingga membungkam mulut mereka untuk bilang TIDAK pada korupsi.
        Para pejabat memperkaya diri. Apa mereka tidak kasihan dengan roang-orang yang tidur dibawah jembatan? Apakah mereka tidak kasihan dengan orang-orang tua yang harus bekerja untuk sekedar memakan beberapa butir nasi?. Para pejabat yang korupsi mungkin tidak memandang hidup orang lain. Mereka sudah dibutakan oleh harta, hasrat mereka sulit untuk dipuaskan. Kala rakyat menjerit kelaparan, meja makan para pejabat penuh dengan berbagai makanan. Dibutukan para pejabat yang mengetahui penderitaan rakyat. Buka pejabat yang hanya bisa mengobral janji dan kemudian mereka ingkari.
      Masalah lain adalah kasus terkait dengan pelecehan seksual. Berita di semua media menanyangkan mesalah kejahatan yang tidak manusiawi ini. Hiruk pikuk pemilu seakan terkalahkan dengan pemberitaan mengenai masalah yang satu ini. Semua pihak, baik itu keluarga, sekolah, dan pemerintah seakan lengah terhadap permasalahan moral anak. Tidak perlu menyalahkan satu pihak yang salah, masalah ini merupakan kesalahan semua pihak. Kejadian demi kejadian telah membuktikan bahwa nilai moral bangsa ini sudah mulai luntur. Keluarga saat ini sudah tidak mampu mengontrol tindakan yang dilakukan oleh anak-anak mereka. Seakan tugas orang tua hanya memberikan uang kepada sang anak dan melupakan tugas mereka mendidik anak agar bersikap baik. pendidikan yang utama adalah pendidikan keluarga.
           Para orang tua berdalih mereka sudah menitipkan anak pada pihak sekolah. Untuk mengajari sesuatu adalah tugas sekolah. Apabila terjadi sesuatu masalah adalah tanggungjawab sekolah. Padahal pendidikan itu tidak hanya disekolah melainkan juga di lingkungan keluarga dan masyarakat. Guru tidak bisa mengawasi murid yang sekian banyak dan dalam tempo waktu 24 jam. Harus ada sinergi antara orang tua dan guru. Orarng tua mengawasi pergaulan anak di luar sekolah sedangkan guru bertugas mengawasi anak di sekolah. Peran media masa, khususnya elektronik dalam merusak moral anak sangatlah penting. Zaman dahulu acara ditelevisi memperlihatkan orang pacaran itu pada tingkat kuliah sebagai contoh film Si Doel. Berganti tahun kemudian giliran anak-anak pada tingkat sekolah menengah atas yang berpacaran. Sekarang virus seperti itu sudah menyentuh pada tingkat sekolah menengah pertama dan sekolah dasar. Para anak-anak muda menjadikan acara di televisi sebagai panutan mereka. Dari cara berpakaian, cara ngomong hingga cara hidup meraka. Kita bisa melihat akhir-akhir ini banyak kasus perceraian itu secara tidak langsung mungkin juga berhubungan dengan cara yang ada di televisi.
          Televisi kita sudah berorientasi yang salah. Para pemilik media lebih menekankan pada mencari keuntungan bagi mereka dibandingkan dengan memelihara moral bangsa. Mereka mengorbankan jutaan kemurnian pikiran anak demi mendapatkan pundi-pundi rupiah. Berita yang baik-baik di televisi tidak laku dijual. Orang lebih suka dengan tayangan yang sedikit sekali unsur edukasinya. Anak-anak menjadi tergila-gila dengan televisi. Meraka melupakan apa yang namanya belajar. Mungkin belajar melalui televisi bisa, akan tetapi acara di televisi sebagian besar acaranya bukan mendidik tapi merusak moral.
Akhir-akhir ini bangsa Indonesia juga menjadi bangsa pemarah. Banyak sekali terjadi bentrokan antar suku, antar kampung, antar sekolah hingga antar mahasiswa. Mereka yang mendapatkan pendidikan tinggi saja tidak bisa mengontrol emosi. Bangsa kita tidak lagi menjadi bangsa yang ramah melainkan bangsa pemarah. Berbagai tindakan telah membuktikan hal itu. Banyak kasus pembunuhan disebabkan oleh hal yang sepele dan tidak sepantasnya harus membunuh. Bangsa kita menjadi bangsa yang tidak berperikemanusiaan dan seakan sudah mulai lupa dengan Tuhan. Ada yang salah dalam kehidupan bangsa Indonesia saat ini.
           Para penjahat dipuja dan dipuji, orang-orang baik dihujat dan dijauhi. Orang-orang jujur dibuang ke tempat sampah, sedangkan orang-orang munafik didudukan di kursi-kursi mewah dengan berbagai kenikmatan dunia. Apakah mereka sudah lupa ada kehidupan nanti? Dimana antara baik dan buruk dihitung.. apakah mereka juga sudah lupa ada Tuhan yang selalu mengawasi mereka dalam segela tutur dan tindakan? Apakah mereka tidak sadar ada para Malaikat yang selalu menghitung amal baik dan amal buruk mereka? Dan apakah mereka lupa bahwa hidup didunia hanya sementara? Maka berbaik dirilah, perbaiki kualitas diri, intropeksi diri lebih utama daripada mencela perbuatan orang lain. Berbicara seribu kata nasehat kepada orang lain pastilah mudah, berbicara satu nasehat untuk diri sendiri mungkinlah sulit.
 

       Memahami Pentingnya Pendidikan Agama

Pelaksanaan pendidikan agama yang diberikan bukan hanya menjadikan manusia yang pintar dan trampil, akan tetapi jauh daripada itu adalah untuk menjadikan manusia yang memiliki moral dan akhlakul karimah. Dengan moral dan akhlakul karimah yang dimilikinya akan mampu mengarahkan minatnya untuk terus belajar mencari ilmu.
Pada akhirnya tujuan pendidikan itu tidak terlepas dari tujuan nasional yang menciptakan manusia Indonesia seutuhnya, seimbang kehidupan duniawi dan ukhrawi. Dalam al-Qur’an sudah terang dikatakan bahwa manusia itu diciptakan untuk mengabdi kepada Allah Swt. Hal ini terdapat dalam Al-qur’an Surat Adz-zariyat : 56, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka menyembah-Ku”.
Pendidikan yang paling utama untuk diberikan kepada sang anak adalah pendidikan agama, karena agama inilah yang akan membimbingnya untuk senantiasa berada didalam jalan kebaikan. Dan dengan dia mengetahui tentang agamanya, maka dia akan mengetaui tentang tujuan dia hidup di dunia ini.
Oleh karena itu, hendaknya pendidikan yang pertama kali diberikan kepada sang anak adalah mendidiknya untuk mengenal tentang aqidah yang benar, karena aqidah ini merupakan pondasi bagi amalan-amalan yang akan dikerjakannya.
Pendidikan agama mempunyai peranan dalam perkembangan moral dan mental anak diantaranya:
Ø  Peranan Pendidikan Agama dalam Mempengaruhi Kesehatan Mental Anak.
Sebagai sebuah disiplin ilmu semakin hari semakin dirasakan pentingnya pendidikan agama bagi anak, dan harus dipahami dan dimengerti secara tepat dasar dan tujuan psikologi agama tersebut. Karena dapat terlihat betapa longgarnya orang berpegangan kepada agama, sehingga banyak orang hidup menderita batin disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan agama yang mereka miliki.
Dengan demikian, jelas kita harus mendidik anak dengan pendidikan agama, sejak anak tumbuh dalam kandungan sampai bayi lahir hingga dewasa, masih perlu kita bimbing.
Perkembangan pendidikan agama bagi anak, pada masa anak terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil dalam keluarga, disekolah dan dalam masyarakat. Lingkungan banyak membentuk pengalaman yang bersifat religius, (sesuai dengan ajaran agama) karena semakin banyak unsur agama maka sikap, tindakan dan kelakuan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan ajarana agama.
Setiap orang tua dan semua guru ingin membina anak agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat dan sikapc mental yang sehat dan yang terpuji. Semua itu dapat diusahakan melalui pendidikan, baik yang formal maupun yang non formal. Setiap pengalaman yang dilalui anak baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun prilaku yang diterimanya akan ikut menentukan pembinaan pribadinya.
Masa pendidikan di usia dini merupakan kesempatan pertama yang sangat baik, untuk membina pribadi anak setelah orang tua, pendidikan merupakan dasar pembinaan pribadi dan mental anak. Apabila pembinaan pribadi dan mental anak terlaksana dengan baik, maka si anak anak memasuki masa remaja dengan mudah dan pembinaan pribadi dimasa remaja itu tidak akan mengalami kesulitan.
Anak-anak akan bersifat sama sopan dan hormatnya kepada orang lain seperti kita kepada mereka, jika dibesarkan dilingkungan rumah dimana mereka diperlakukan dengan penuh kewibawaan, kebaikan hati dan rasa hormat, akan besar pengaruhnya terhadap arah mereka memperlakukan orang lain. Mereka akan sampai kepada keyakinan bahwa begitulah cara mereka harus memperlakukan orang lain. Mereka juga cenderung memperlakukan kita dengan cara melihat kita memperlakukan orang lain diluar keluarga.
Pendidikan agama memberikan hari dan mensucikan jiwa serta mendidik hati nurani dan mental anak-anak dengan kelakuan yang baik-baik dan mendorong mereka untuk melakukan pekerjaan yang mulia. Karena pendidikan agama islam memelihara anak-anak supaya melalui jalan yang lurus dan tidak menuruti hawa nafsu yang menyebabkan nantinya jatuh ke lembah kehinaan dan kerusakan serta merusak kesehatan mental anak. Pendidikan agama mempunyai kedudukan tinggi dan paling utama, karena pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki akhlak dan kesehatan mental anak serta mengangkat mereka ke derajat yang lebih tinggi serta berbahagia di dunia dan tenang kehidupannya.

                              Peran Orang Tua (Keluarga) dalam Pendidikan Anak

Orang tua dan anak-anak pada umumnya memiliki hubungan yang sangat erat baik secara fisik dan emosional. Hubungan semacam ini membuat anak-anak merasa aman dan dicintai. Peran orang tua dalam mendidik anak-anaknya di lingkungan keluarga tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Karena keluarga merupakan tempat pertumbughan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupanya (usia pra-sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sudahnya.
Pendidikan dan bimbingan dimulai sejak usia dini tujuannya adalah membuat anak memiliki kepribadian yang Islami, dengan karakter dan moral yang baik, prinsip-prinsip Islam yang kuat, memiliki sarana untuk menghadapi tuntutan hidup dengan cara yang matang dan bertanggung jawab.
Salah satu dasar pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak adalah sabda Rasulullah Saw. Yang menyatakan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanya lah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi. Berdasarkan Hadits ini, jelas sekali bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih yang belum terkena noda. Anak adalah karunia Allah yang tidak dapat dinilai dengan apa pun. Ia menjadi tempat curahan kasih sayang orang tua. Ia akan berkembang sesuai dengan pendidikan yang diperoleh dari kedua orang tuanya dan juga lingkungan disekitarnya.
Secara umum, dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para orangtua dalam mendidik anak:
• Orang tua perlu memahami tentang apa yang dimaksud dengan pendidikan anak dan tujuannya.
  Banyak menggali informasi tentang pendidikan anak.
  Memahami kiat mendidik anak secara praktis. Dengan demikian setiap gejala dalam tahap-tahap pertumbuhan pertumbuhan anak dapat ditanggapi dengan cepat.
 Sebelum mentransfer nilai, kedua orang tua harus melaksanakan lebih dulu dalam kehidupan sehari-hari. Karena di usia kecil, anak-anak cerdas cenderung meniru dan merekam segala perbuatan orang terdekat. Bersegera mengajarkan dan memotivasi anak untuk menghafal Al- Quran. Kegunaannya di samping sejak dini mengenalkan Yang Maha Kuasa pada anak, juga untuk mendasari jiwa dan akalnya sebelum mengenal pengetahuan yang lain.
  Menjaga lingkungan si anak, harus menciptakan lingkungan yang sesuai dengan ajaran yang diberikan pada anak. Akan tetapi, dalam mendidik anak orang tua hendaknya berperan sesuai dengan fungsinya. Masing-masing saling mendukung dan membantu. Bila salah satu fungsi rusak, anak akan kehilangan identitas.
Pendidikan anak akan berhasil bila diwujudkan dengan mengikuti langkah-langkah kongkrit dalam hal penanaman nilai-nilai agama pada diri anak. Sehubungan dengan hal ini,  Abdurrah-man An-Nahlawi mengemukakan tujuh kiat dalam mendidik anak, yaitu:
a.        Dengan Hiwar (dialog)
Mendidik anak dengan hiwar (dialog) merupakan suatu keharusan bagi orang tua. Oleh karena itu kemampuan berdialog mutlak harus ada pada setiap orang tua. Dengan hiwar, akan terjadi komunikasi yang dinamis antara orang tua dengan anak, lebih mudah dipahami dan berkesan. Selain itu, orang tua sendiri akan tahu sejauh mana perkembangan pemikiran dan sikap anaknya.
b.      Dengan Kisah
Kisah memiliki fungsi yang sangat penting bagi perkembangan jiwa anak. Suatu kisah bisa menyentuh jiwa dan akan memotivasi anak untuk merubah sikapnya. Kalau kisah yang diceritakan itu baik, maka kelak ia berusaha menjadi anak baik, dan sebaliknya bila kisah yang diceritakan itu tidak baik, sikap dan perilakunya akan berubah seperti tokoh dalam kisah itu.
Banyak sekali kisah-kisah sejarah, baik kisah para nabi, sahabat atau orang-orang shalih, yang bisa dijadikan pelajaran dalam membentuk kepribadian anak. Contohnya, banyak anak-anak jadi malas, tidak mau berusaha dan mau terima beres. Karena kisah yang menarik baginya adalah kisah khayalan yang menampilkan pribadi malas tetapi selalu ditolong dan diberi kemudahan.
c.       Dengan Keteladanan
Orang tua merupakan pribadi yang sering ditiru anak-anaknya. Kalau perilaku orang tua baik, maka anaknya meniru hal-hal yang baik dan bila perilaku orang tuanya buruk, maka biasanya anaknya meniru hal-hal buruk pula. Dengan demikian, keteladanan yang baik merupakan salah satu kiat yang harus diterapkan dalam mendidik anak.
Atau orang tua menginginkan anak-anaknya menjadi anak shaleh dan bermoral, maka yang harus shalih duluan adalah orang tuanya. Sebab, dari keshalehan mereka, anak-anak akan meniru, dan meniru itu sendiri merupakan gharizah (naluri) dari setiap orang.
d.      Dengan Latihan dan Pengamalan Anak shalih bukan hanya anak yang berdoa untuk orang tuanya.
Anak shalih adalah anak yang berusaha secara maksimal melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Untuk melaksanakan ajaran agama, seorang anak harus dilatih sejak dini dalam praktik pelaksanaan ajaran agama seperti agama islam dengan shalat, puasa, berjilbab bagi yang puteri, dan sebagainya. Tanpa latihan yang dibiasakan, seorang anak akan sulit mengamalkan ajaran agama, meskipun ia telah memahaminya. Oleh karena itu seorang ibu harus menanamkan kebiasaan yang baik pada anak-anaknya dan melakukan kontrol agar sang anak disiplin dalam melaksanakan agama tersebut.
Dalam mendidik anak setidaknya ada dua macam kendala atau tantangan: yakni tantangan yang bersifat internal dan yang bersifat eksternal. Sumber tantangan internal yang utama adalah orangtua itu sendiri, misalnya ketidakcakapan orangtua dalam mendidik anak atau ketidak harmonisan rumah tangga. Tuhan telah menggariskan, bahwa pengembangan kepribadian anak haruslah berimbang antara fikriyah (pikiran), ruhiyah (ruh), dan jasadiyahnya (jasad). Tantangan eksternal mungkin bersumber dari lingkungan rumah tangga, misalnya interaksi dengan teman bermain dan kawan sebayanya. Di samping itu peranan media massa sangat pula berpengaruh dalam perkembangan tingkah laku atau kepribadian anak. Informasi yang disebarluaskan media massa baik cetak maupun elektronik memiliki daya tarik yang sangat kuat. Maka dari itu, peran pendidikan agama penting agar seorang anak tidak secara langsung menerima pengaruh-pengaruh yang buruk dari luar yang menyebabkan sikap dan tingkah lakunya menjadi buruk pula. Disinilah peran orang tua juga penting agar mereka dapat membatasi anak-anaknya dalam memilih teman pergaulan sehingga sang anak tidak menjadi anak yang nakal.
Dalam pembelajaran moral pada anak pola asuh dan perlakuan orang-orang tua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberikan perlindungan dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari menjadi ujung tombak untuk menjadikan anak memiliki moral yang baik dalam kehidupannya. Karena peranan orang tua dianggap paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan moral seorang anak dalam hal ini dapat dilihat dari perbedaan perkembangan seorang anak. Dalam hal ini dapat dilihat dari perbedaan perkembangan moral anak ditinjau dari persepsi pola asuh orang tua.
Dalam hal ini anak mulai menginternalisir moral-moral sebagaimana yang orang dewasa tunjukkan. Selama 5 tahun pertama dalam kehidupannya, ia telah mengamati bagaimana cara hidup orang dewasa menangani berbagai situasi. Perkembangan moral pada anak akhir-akhir ini bisa dikatakan menurun, hal ini bisa jadi disebabkan oleh pola asuh orang tua yang profektif yang justru akan membuat anak dewasa sebelum waktunya.
Pembelajaran moral anak yang sesungguhnya dapat dilihat dari 2 aspek yaitu pembelajaran moral dan pembelajaran perilaku pada diri individu anak. Akan tetapi pembelajaran konsep moral tidak menjamin timbulnya tingkah laku moral yang baik pada diri anak, karena tingkah laku moral tidak hanya semata-mata dipengaruhi oleh pengetahuan tentang konsep moral, tetapi juga ditentukan oleh banyak faktor, seperti tuntutan sosial, konsep pada diri anak itu sendiri, kaluarga, lingkungan disekitar tempat tinggalnya dan sebagainya. Salah satu faktor yang penting dalam menentunya dan sebagainya. Salah satu faktor yang penting dalam menentukan perilaku moral pada diri anak adalah kemampuan mengontrol perilakunya sendiri tanpa harus diawasi atau diingatkan oleh orang lain. Dengan adanya pengaturan ini, anak akan mampu menunjukkan bahwa dia mampu menahan perilaku tertentu secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dan hal itu hanya dapat dicapai pada diri anak yang mempunyai orang tua yang demokratis dan lingkungan keluarga yang harmonis.
Pendidikan agama merupakan dasar pembentukan pribadi anak. Oleh karena itu pembelaran nilai-nilai agama harus diterapkan sendiri mungkin bahkan saat anak masih dalam kandungan sang ibu, karena menurut pengamatan saya pada saat ibu yang sedang mengandung itu rajin sholat, membaca Al-Qur’an, rajin berdzikir, tidak malas dalam melakukan sesuatu maka insya Allah anak yang dilahirkn nanti akan menjadi anak yang rajin, pintar, cerdas dan gemar melakukan kebijakan. Akan tetapi hal itu juga harus diimbangi dengan penerapan nilai-nilai agama dan moral pada saat pertumbuhannya, untuk itu pembelajaran nilai-nilai agama dan moral harus ditunjukkan sejak awal tumbuh kembangnya anak agak kelak dikemudian hari saat ia sudah ada dilingkungan diluar dari keluarganya anak memiliki kesadaran-kesadaran sebagai berikut :
1. Kepercayaan dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Sikap sopan santun dan berkepribadian
3. Rasa cinta terhadap sesama
4. Menumbuhkan jiwa demokrasi.
5. Memiliki rasa, keadilan, kejujuran, kebenaran dan suka menolong orang lain.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar