MORAL BANGSA SAAT INI
Akhir-akhir ini bangsa Indonesia diterpa
berbagai masalah yang berhubungan dengan rusaknya moral masyarakat.
Permasalahan bertubi-tubi datang menguji seberapa kuat bangsa Indonesia
mempu bertahan. Layaknya sebuah batu karang yang menjulang meskipun
dihantam deburan ombak lautan. Itu seharusnya yang dilakukan oleh bangsa
Indonesia dalam menghadapi era modern dan globalisasi yang menyebabkan
kehidupan masyarakat tanpa batas yang jelas. Budaya asing bertubi-tubi
datang ke Indonesia dan mulai melunturkan budaya Indonesia yang dianggap
kuno dan ketinggalan zaman. Bangsa Indonesia terombang-ambing layaknya
buih yang ada di lautan luas. Tidak punya pendirian yang tetap hanya
selaku bangsa pengekor, bukanlah bangsa yang inspirator.
Permasalahan korupsi tidak pernah mencapai
garis akhir. Pihak pemberantas korupsi yang tidak kenal letih dalam
rangka memerangi korupsi seakan tidak berdaya. Setiap hari orang-orang
pemakan uang haram semakin bertambah. Para pejabat seakan berlomba-lomba
untuk mengunduh hasil yang ditanam saat pemilu. Banyak pejabat public
yang tidak amanah dalam menjalankan tugas. Mereka berkata tidak pada
korupsi namun pada kenyataannya mereka adalah pelaku korupsi. Banyak
orang-orang yang berkoar-koar menantang ganasnya korupsi pada akhirnya
setelah dia menjabat penyakit itu juga menerpanya sehingga membungkam
mulut mereka untuk bilang TIDAK pada korupsi.
Para pejabat memperkaya diri. Apa mereka
tidak kasihan dengan roang-orang yang tidur dibawah jembatan? Apakah
mereka tidak kasihan dengan orang-orang tua yang harus bekerja untuk
sekedar memakan beberapa butir nasi?. Para pejabat yang korupsi mungkin
tidak memandang hidup orang lain. Mereka sudah dibutakan oleh harta,
hasrat mereka sulit untuk dipuaskan. Kala rakyat menjerit kelaparan,
meja makan para pejabat penuh dengan berbagai makanan. Dibutukan para
pejabat yang mengetahui penderitaan rakyat. Buka pejabat yang hanya bisa
mengobral janji dan kemudian mereka ingkari.
Masalah lain adalah kasus terkait dengan
pelecehan seksual. Berita di semua media menanyangkan mesalah kejahatan
yang tidak manusiawi ini. Hiruk pikuk pemilu seakan terkalahkan dengan
pemberitaan mengenai masalah yang satu ini. Semua pihak, baik itu
keluarga, sekolah, dan pemerintah seakan lengah terhadap permasalahan
moral anak. Tidak perlu menyalahkan satu pihak yang salah, masalah ini
merupakan kesalahan semua pihak. Kejadian demi kejadian telah
membuktikan bahwa nilai moral bangsa ini sudah mulai luntur. Keluarga
saat ini sudah tidak mampu mengontrol tindakan yang dilakukan oleh
anak-anak mereka. Seakan tugas orang tua hanya memberikan uang kepada
sang anak dan melupakan tugas mereka mendidik anak agar bersikap baik.
pendidikan yang utama adalah pendidikan keluarga.
Para orang tua berdalih mereka sudah
menitipkan anak pada pihak sekolah. Untuk mengajari sesuatu adalah tugas
sekolah. Apabila terjadi sesuatu masalah adalah tanggungjawab sekolah.
Padahal pendidikan itu tidak hanya disekolah melainkan juga di
lingkungan keluarga dan masyarakat. Guru tidak bisa mengawasi murid yang
sekian banyak dan dalam tempo waktu 24 jam. Harus ada sinergi antara
orang tua dan guru. Orarng tua mengawasi pergaulan anak di luar sekolah
sedangkan guru bertugas mengawasi anak di sekolah. Peran media masa,
khususnya elektronik dalam merusak moral anak sangatlah penting. Zaman
dahulu acara ditelevisi memperlihatkan orang pacaran itu pada tingkat
kuliah sebagai contoh film Si Doel. Berganti tahun kemudian giliran
anak-anak pada tingkat sekolah menengah atas yang berpacaran. Sekarang
virus seperti itu sudah menyentuh pada tingkat sekolah menengah pertama
dan sekolah dasar. Para anak-anak muda menjadikan acara di televisi
sebagai panutan mereka. Dari cara berpakaian, cara ngomong hingga cara
hidup meraka. Kita bisa melihat akhir-akhir ini banyak kasus perceraian
itu secara tidak langsung mungkin juga berhubungan dengan cara yang ada
di televisi.
Televisi kita sudah berorientasi yang
salah. Para pemilik media lebih menekankan pada mencari keuntungan bagi
mereka dibandingkan dengan memelihara moral bangsa. Mereka mengorbankan
jutaan kemurnian pikiran anak demi mendapatkan pundi-pundi rupiah.
Berita yang baik-baik di televisi tidak laku dijual. Orang lebih suka
dengan tayangan yang sedikit sekali unsur edukasinya. Anak-anak menjadi
tergila-gila dengan televisi. Meraka melupakan apa yang namanya belajar.
Mungkin belajar melalui televisi bisa, akan tetapi acara di televisi
sebagian besar acaranya bukan mendidik tapi merusak moral.
Akhir-akhir ini bangsa Indonesia juga
menjadi bangsa pemarah. Banyak sekali terjadi bentrokan antar suku,
antar kampung, antar sekolah hingga antar mahasiswa. Mereka yang
mendapatkan pendidikan tinggi saja tidak bisa mengontrol emosi. Bangsa
kita tidak lagi menjadi bangsa yang ramah melainkan bangsa pemarah.
Berbagai tindakan telah membuktikan hal itu. Banyak kasus pembunuhan
disebabkan oleh hal yang sepele dan tidak sepantasnya harus membunuh.
Bangsa kita menjadi bangsa yang tidak berperikemanusiaan dan seakan
sudah mulai lupa dengan Tuhan. Ada yang salah dalam kehidupan bangsa
Indonesia saat ini.
Para penjahat dipuja dan dipuji,
orang-orang baik dihujat dan dijauhi. Orang-orang jujur dibuang ke
tempat sampah, sedangkan orang-orang munafik didudukan di kursi-kursi
mewah dengan berbagai kenikmatan dunia. Apakah mereka sudah lupa ada
kehidupan nanti? Dimana antara baik dan buruk dihitung.. apakah mereka
juga sudah lupa ada Tuhan yang selalu mengawasi mereka dalam segela
tutur dan tindakan? Apakah mereka tidak sadar ada para Malaikat yang
selalu menghitung amal baik dan amal buruk mereka? Dan apakah mereka
lupa bahwa hidup didunia hanya sementara? Maka berbaik dirilah, perbaiki
kualitas diri, intropeksi diri lebih utama daripada mencela perbuatan
orang lain. Berbicara seribu kata nasehat kepada orang lain pastilah
mudah, berbicara satu nasehat untuk diri sendiri mungkinlah sulit.
Memahami Pentingnya Pendidikan Agama
Pelaksanaan pendidikan agama yang diberikan bukan
hanya menjadikan manusia yang pintar dan trampil, akan tetapi jauh daripada itu
adalah untuk menjadikan manusia yang memiliki moral dan akhlakul karimah.
Dengan moral dan akhlakul karimah yang dimilikinya akan mampu mengarahkan
minatnya untuk terus belajar mencari ilmu.
Pada akhirnya tujuan pendidikan itu tidak terlepas
dari tujuan nasional yang menciptakan manusia Indonesia seutuhnya, seimbang
kehidupan duniawi dan ukhrawi. Dalam al-Qur’an sudah terang dikatakan bahwa
manusia itu diciptakan untuk mengabdi kepada Allah Swt. Hal ini terdapat dalam
Al-qur’an Surat Adz-zariyat : 56, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
kecuali supaya mereka menyembah-Ku”.
Pendidikan yang paling
utama untuk diberikan kepada sang anak adalah pendidikan agama, karena agama
inilah yang akan membimbingnya untuk senantiasa berada didalam jalan kebaikan.
Dan dengan dia mengetahui tentang agamanya, maka dia akan mengetaui tentang
tujuan dia hidup di dunia ini.
Oleh karena itu,
hendaknya pendidikan yang pertama kali diberikan kepada sang anak adalah
mendidiknya untuk mengenal tentang aqidah yang benar, karena aqidah ini
merupakan pondasi bagi amalan-amalan yang akan dikerjakannya.
Pendidikan agama mempunyai peranan dalam
perkembangan moral dan mental anak diantaranya:
Ø Peranan Pendidikan Agama dalam
Mempengaruhi Kesehatan Mental Anak.
Sebagai sebuah disiplin ilmu semakin hari semakin dirasakan pentingnya pendidikan agama bagi anak, dan harus dipahami dan dimengerti secara tepat dasar dan tujuan psikologi agama tersebut. Karena dapat terlihat betapa longgarnya orang berpegangan kepada agama, sehingga banyak orang hidup menderita batin disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan agama yang mereka miliki.
Sebagai sebuah disiplin ilmu semakin hari semakin dirasakan pentingnya pendidikan agama bagi anak, dan harus dipahami dan dimengerti secara tepat dasar dan tujuan psikologi agama tersebut. Karena dapat terlihat betapa longgarnya orang berpegangan kepada agama, sehingga banyak orang hidup menderita batin disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan agama yang mereka miliki.
Dengan demikian, jelas kita
harus mendidik anak dengan pendidikan agama, sejak anak tumbuh dalam kandungan
sampai bayi lahir hingga dewasa, masih perlu kita bimbing.
Perkembangan pendidikan agama
bagi anak, pada masa anak terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil dalam
keluarga, disekolah dan dalam masyarakat. Lingkungan banyak membentuk
pengalaman yang bersifat religius, (sesuai dengan ajaran agama) karena semakin
banyak unsur agama maka sikap, tindakan dan kelakuan dan caranya menghadapi
hidup akan sesuai dengan ajarana agama.
Setiap orang tua dan semua
guru ingin membina anak agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian
yang kuat dan sikapc mental yang sehat dan yang terpuji. Semua itu dapat
diusahakan melalui pendidikan, baik yang formal maupun yang non formal. Setiap
pengalaman yang dilalui anak baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun
prilaku yang diterimanya akan ikut menentukan pembinaan pribadinya.
Masa pendidikan di usia dini
merupakan kesempatan pertama yang sangat baik, untuk membina pribadi anak setelah
orang tua, pendidikan merupakan dasar pembinaan pribadi dan mental anak.
Apabila pembinaan pribadi dan mental anak terlaksana dengan baik, maka si anak
anak memasuki masa remaja dengan mudah dan pembinaan pribadi dimasa remaja itu
tidak akan mengalami kesulitan.
Anak-anak akan bersifat sama
sopan dan hormatnya kepada orang lain seperti kita kepada mereka, jika
dibesarkan dilingkungan rumah dimana mereka diperlakukan dengan penuh
kewibawaan, kebaikan hati dan rasa hormat, akan besar pengaruhnya terhadap arah
mereka memperlakukan orang lain. Mereka akan sampai kepada keyakinan bahwa
begitulah cara mereka harus memperlakukan orang lain. Mereka juga cenderung
memperlakukan kita dengan cara melihat kita memperlakukan orang lain diluar
keluarga.
Pendidikan agama memberikan
hari dan mensucikan jiwa serta mendidik hati nurani dan mental anak-anak dengan
kelakuan yang baik-baik dan mendorong mereka untuk melakukan pekerjaan yang
mulia. Karena pendidikan agama islam memelihara anak-anak supaya melalui jalan
yang lurus dan tidak menuruti hawa nafsu yang menyebabkan nantinya jatuh ke
lembah kehinaan dan kerusakan serta merusak kesehatan mental anak. Pendidikan agama mempunyai kedudukan tinggi dan paling utama, karena
pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki akhlak dan kesehatan mental anak
serta mengangkat mereka ke derajat yang lebih tinggi serta berbahagia di dunia
dan tenang kehidupannya.
Peran Orang Tua (Keluarga) dalam Pendidikan Anak
Orang tua dan anak-anak pada umumnya memiliki hubungan yang sangat erat
baik secara fisik dan emosional. Hubungan semacam ini membuat anak-anak merasa
aman dan dicintai. Peran orang tua dalam mendidik anak-anaknya di lingkungan
keluarga tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Karena keluarga merupakan
tempat pertumbughan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari
anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam
pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupanya (usia
pra-sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan
sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sudahnya.
Pendidikan dan bimbingan dimulai sejak usia dini tujuannya adalah membuat
anak memiliki kepribadian yang Islami, dengan karakter dan moral yang baik,
prinsip-prinsip Islam yang kuat, memiliki sarana untuk menghadapi tuntutan
hidup dengan cara yang matang dan bertanggung jawab.
Salah satu dasar pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak adalah
sabda Rasulullah Saw. Yang menyatakan bahwa setiap anak dilahirkan dalam
keadaan fitrah. Kedua orang tuanya lah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau
majusi. Berdasarkan Hadits ini, jelas sekali bahwa anak dilahirkan dalam
keadaan suci seperti kertas putih yang belum terkena noda. Anak adalah karunia
Allah yang tidak dapat dinilai dengan apa pun. Ia menjadi tempat curahan kasih
sayang orang tua. Ia akan berkembang sesuai dengan pendidikan yang diperoleh
dari kedua orang tuanya dan juga lingkungan disekitarnya.
Secara umum, dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
para orangtua dalam mendidik anak:
• Orang tua perlu memahami tentang apa yang dimaksud dengan
pendidikan anak dan tujuannya.
• Banyak menggali
informasi tentang pendidikan anak.
• Memahami kiat
mendidik anak secara praktis. Dengan demikian setiap gejala dalam tahap-tahap
pertumbuhan pertumbuhan anak dapat ditanggapi dengan cepat.
• Sebelum mentransfer
nilai, kedua orang tua harus melaksanakan lebih dulu dalam kehidupan
sehari-hari. Karena di usia kecil, anak-anak cerdas cenderung meniru dan
merekam segala perbuatan orang terdekat. Bersegera mengajarkan dan memotivasi
anak untuk menghafal Al- Quran. Kegunaannya di samping sejak dini mengenalkan
Yang Maha Kuasa pada anak, juga untuk mendasari jiwa dan akalnya sebelum
mengenal pengetahuan yang lain.
• Menjaga lingkungan
si anak, harus menciptakan lingkungan yang sesuai dengan ajaran yang diberikan
pada anak. Akan tetapi, dalam mendidik anak orang tua hendaknya berperan sesuai
dengan fungsinya. Masing-masing saling mendukung dan membantu. Bila salah satu
fungsi rusak, anak akan kehilangan identitas.
Pendidikan anak akan berhasil bila diwujudkan dengan mengikuti
langkah-langkah kongkrit dalam hal penanaman nilai-nilai agama pada diri anak.
Sehubungan dengan hal ini, Abdurrah-man
An-Nahlawi mengemukakan tujuh kiat dalam mendidik anak, yaitu:
a.
Dengan Hiwar
(dialog)
Mendidik anak dengan hiwar (dialog) merupakan suatu keharusan bagi orang
tua. Oleh karena itu kemampuan berdialog mutlak harus ada pada setiap orang
tua. Dengan hiwar, akan terjadi komunikasi yang dinamis antara orang tua dengan
anak, lebih mudah dipahami dan berkesan. Selain itu, orang tua sendiri akan
tahu sejauh mana perkembangan pemikiran dan sikap anaknya.
b.
Dengan Kisah
Kisah memiliki fungsi yang sangat penting bagi perkembangan jiwa anak.
Suatu kisah bisa menyentuh jiwa dan akan memotivasi anak untuk merubah
sikapnya. Kalau kisah yang diceritakan itu baik, maka kelak ia berusaha menjadi
anak baik, dan sebaliknya bila kisah yang diceritakan itu tidak baik, sikap dan
perilakunya akan berubah seperti tokoh dalam kisah itu.
Banyak sekali kisah-kisah sejarah, baik kisah para nabi, sahabat atau
orang-orang shalih, yang bisa dijadikan pelajaran dalam membentuk kepribadian
anak. Contohnya, banyak anak-anak jadi malas, tidak mau berusaha dan mau terima
beres. Karena kisah yang menarik baginya adalah kisah khayalan yang menampilkan
pribadi malas tetapi selalu ditolong dan diberi kemudahan.
c.
Dengan Keteladanan
Orang tua merupakan pribadi yang sering ditiru anak-anaknya. Kalau
perilaku orang tua baik, maka anaknya meniru hal-hal yang baik dan bila perilaku
orang tuanya buruk, maka biasanya anaknya meniru hal-hal buruk pula. Dengan
demikian, keteladanan yang baik merupakan salah satu kiat yang harus diterapkan
dalam mendidik anak.
Atau orang tua menginginkan anak-anaknya menjadi anak shaleh dan bermoral,
maka yang harus shalih duluan adalah orang tuanya. Sebab, dari keshalehan
mereka, anak-anak akan meniru, dan meniru itu sendiri merupakan gharizah
(naluri) dari setiap orang.
d.
Dengan Latihan dan Pengamalan Anak shalih bukan hanya
anak yang berdoa untuk orang tuanya.
Anak shalih adalah anak yang berusaha secara maksimal melaksanakan ajaran
agama dalam kehidupan sehari-hari. Untuk melaksanakan ajaran agama, seorang
anak harus dilatih sejak dini dalam praktik pelaksanaan ajaran agama seperti
agama islam dengan shalat, puasa, berjilbab bagi yang puteri, dan sebagainya.
Tanpa latihan yang dibiasakan, seorang anak akan sulit mengamalkan ajaran agama,
meskipun ia telah memahaminya. Oleh karena itu seorang ibu harus menanamkan
kebiasaan yang baik pada anak-anaknya dan melakukan kontrol agar sang anak disiplin
dalam melaksanakan agama tersebut.
Dalam mendidik anak setidaknya ada dua macam kendala atau tantangan:
yakni tantangan yang bersifat internal dan yang bersifat eksternal. Sumber
tantangan internal yang utama adalah orangtua itu sendiri, misalnya
ketidakcakapan orangtua dalam mendidik anak atau ketidak harmonisan rumah
tangga. Tuhan telah menggariskan, bahwa pengembangan kepribadian anak haruslah
berimbang antara fikriyah (pikiran), ruhiyah (ruh), dan jasadiyahnya (jasad).
Tantangan eksternal mungkin bersumber dari lingkungan rumah tangga, misalnya
interaksi dengan teman bermain dan kawan sebayanya. Di samping itu peranan
media massa sangat pula berpengaruh dalam perkembangan tingkah laku atau
kepribadian anak. Informasi yang disebarluaskan media massa baik cetak maupun
elektronik memiliki daya tarik yang sangat kuat. Maka dari itu, peran pendidikan
agama penting agar seorang anak tidak secara langsung menerima
pengaruh-pengaruh yang buruk dari luar yang menyebabkan sikap dan tingkah
lakunya menjadi buruk pula. Disinilah peran orang tua juga penting agar mereka
dapat membatasi anak-anaknya dalam memilih teman pergaulan sehingga sang anak
tidak menjadi anak yang nakal.
Dalam pembelajaran moral pada anak pola asuh dan perlakuan orang-orang
tua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberikan perlindungan dan mendidik anak
dalam kehidupan sehari-hari menjadi ujung tombak untuk menjadikan anak memiliki
moral yang baik dalam kehidupannya. Karena peranan orang tua dianggap paling
besar pengaruhnya terhadap perkembangan moral seorang anak dalam hal ini dapat
dilihat dari perbedaan perkembangan seorang anak. Dalam hal ini dapat dilihat
dari perbedaan perkembangan moral anak ditinjau dari persepsi pola asuh orang
tua.
Dalam hal ini anak mulai menginternalisir moral-moral sebagaimana yang
orang dewasa tunjukkan. Selama 5 tahun pertama dalam kehidupannya, ia telah
mengamati bagaimana cara hidup orang dewasa menangani berbagai situasi.
Perkembangan moral pada anak akhir-akhir ini bisa dikatakan menurun, hal ini
bisa jadi disebabkan oleh pola asuh orang tua yang profektif yang justru akan
membuat anak dewasa sebelum waktunya.
Pembelajaran moral anak yang sesungguhnya dapat dilihat dari 2 aspek
yaitu pembelajaran moral dan pembelajaran perilaku pada diri individu anak.
Akan tetapi pembelajaran konsep moral tidak menjamin timbulnya tingkah laku
moral yang baik pada diri anak, karena tingkah laku moral tidak hanya
semata-mata dipengaruhi oleh pengetahuan tentang konsep moral, tetapi juga
ditentukan oleh banyak faktor, seperti tuntutan sosial, konsep pada diri anak
itu sendiri, kaluarga, lingkungan disekitar tempat tinggalnya dan sebagainya.
Salah satu faktor yang penting dalam menentunya dan sebagainya. Salah satu
faktor yang penting dalam menentukan perilaku moral pada diri anak adalah
kemampuan mengontrol perilakunya sendiri tanpa harus diawasi atau diingatkan
oleh orang lain. Dengan adanya pengaturan ini, anak akan mampu menunjukkan
bahwa dia mampu menahan perilaku tertentu secara tepat sesuai dengan situasi
dan kondisi yang dihadapi dan hal itu hanya dapat dicapai pada diri anak yang
mempunyai orang tua yang demokratis dan lingkungan keluarga yang harmonis.
Pendidikan agama merupakan dasar pembentukan pribadi anak. Oleh karena
itu pembelaran nilai-nilai agama harus diterapkan sendiri mungkin bahkan saat
anak masih dalam kandungan sang ibu, karena menurut pengamatan saya pada saat
ibu yang sedang mengandung itu rajin sholat, membaca Al-Qur’an, rajin
berdzikir, tidak malas dalam melakukan sesuatu maka insya Allah anak yang
dilahirkn nanti akan menjadi anak yang rajin, pintar, cerdas dan gemar
melakukan kebijakan. Akan tetapi hal itu juga harus diimbangi dengan penerapan
nilai-nilai agama dan moral pada saat pertumbuhannya, untuk itu pembelajaran
nilai-nilai agama dan moral harus ditunjukkan sejak awal tumbuh kembangnya anak
agak kelak dikemudian hari saat ia sudah ada dilingkungan diluar dari
keluarganya anak memiliki kesadaran-kesadaran sebagai berikut :
1. Kepercayaan dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Sikap sopan santun dan berkepribadian
3. Rasa cinta terhadap sesama
4. Menumbuhkan jiwa demokrasi.
5. Memiliki rasa, keadilan, kejujuran, kebenaran dan suka menolong orang
lain.